JAKARTA-Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan daya tahan cadangan nikel Indonesia hanya berada pada kisaran 10-15 tahun saja. Oleh sebab itu, kegiatan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru penting untuk segera dilakukan.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah menilai moratorium pembangunan smelter nikel baru perlu segera dilakukan. Khususnya smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).
“Himbauan pak Menteri memang (moratorium) lebih baik daripada kesulitan nanti, itu tadi sudah disampaikan bahwa cadangan diperkirakan antara 10 sampai 15 tahun hitungan dari Minerba mungkin 13 tahun lah pertengahan. Kira-kira seperti itu, itu yang harus kita lihat,” ujarnya dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (23/8/2023) seperti dikutip dari situs berita cnbcindonesia.
Menurut Agus pembatasan pembangunan smelter baru berjenis RKEF perlu segera dilakukan lantaran jumlah yang ada saat ini sudah cukup banyak. Setidaknya berdasarkan catatan Kementerian ESDM, terdapat 97 proyek smelter yang menggunakan teknologi ini. “Jadi ya tentu kita harus pertimbangkan segitu banyak. Apakah ada cadangan atau enggaknya,” kata dia.
Agus mengatakan moratorium pembangunan smelter baru nantinya hanya terbatas pada smelter berjenis RKEF. Sementara pemerintah akan tetap terbuka dengan pembangunan smelter baru berjenis hidrometalurgi.
“Itu tidak diartikan bahwa seluruh smelter ditutup yang dihimbau oleh Pak Menteri adalah yang pirometalurgi tapi tidak hidrometalurgi. Hidrometalurgi kita tetap masih terbuka untuk itu,” tambahnya.
Sebelumnya, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) mencatat cadangan nikel Indonesia semakin menipis. Bahkan umur cadangan saprolit di Indonesia diprediksi hanya mencapai 7 tahun.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan sudah seharusnya pemerintah melakukan pembatasan barang setengah jadi, baik dengan pengenaan pajak hingga serta pelarangan pembangunan smelter tipe 1.
Selengkapnya saksikan dialog Syafrina Nasution bersama Mulyanto Anggota Komisi VII DPR RI dan Djoko Widajatno Direktur Eksekutif IMA dalam segmen Mining Zone di Program Closing bell, Kamis (10/08/2023) yang lalu.
Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), produksi nikel di dunia diperkirakan mencapai 3,3 juta metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat 20,88% dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 2,73 juta metrik ton.
Selain itu, menurut laporan tersebut Indonesia menjadi penghasil nikel nomor satu. Total produksinya diperkirakan mencapai 1,6 juta metrik ton atau menyumbang 48,48% dari total produksi nikel global sepanjang tahun lalu.
Selain unggul sebagai produsen, Indonesia tercatat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia pada 2022 yakni mencapai 21 juta metrik ton. Posisinya setara dengan Australia. Ini artinya, Indonesia dan Australia masing-masing menyumbang 21% dari total cadangan nikel global sepanjang tahun lalu.