BPDPKS Disebut Pro Pengusaha Sawit Gara-Gara Biodiesel Sedot Dana Rp146,56 triliun

Komoditas kelapa sawit.

JAKARTA- Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Eddy Abdurrachman mengakui jika saat ini telah muncul stigma bahwa BPDPKS lebih pro kepada pengusaha-pengusaha kelapa sawit, khususnya yang bergerak di bidang penyediaan biodiesel.

 

Hal itu lantaran dana BPDPKS yang dipungut dari kegiatan ekspor atau Pungutan Ekspor/PE memang proporsi terbesarnya adalah untuk membiayai pengembangan bahan bakar nabati.

 

“Mengapa demikian? Karena program biodiesel ini merupakan program yang sangat penting khususnya untuk keberlanjutan daripada industri sawit,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci dalam forum Advokasi Sawit dan Peluncuran Buku Mitos dan Fakta Sawit, di Jakarta, Senin, 14 Agustus 2023..

 

Sebagai informasi, Pemerintah telah menggelontorkan Rp 146,56 triliun untuk membayar intensif selisih harga indeks pasar antara biodiesel dan solar. Alokasi ini disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mendanai 48,19 juta kiloliter biodiesel sejak 2015 hingga 2023.

 

Bandingkan dengan realiasi program PSR (Peremajaan sawit rakyat) dimana BPDPKS mencatat sejak tahun 2016 hingga 2022, realisasi penyaluran dana program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) seluas 273.666 hektare (ha) untuk 120.168 pekebun dengan dana mencapai Rp7,52 triliun yang tersebar di 21 Provinsi di Indonesia.

Baca Juga:  Program B35 Dimulai 1 Februari 2023, BPDPKS Anggarkan Hingga Rp35 Triliun.

 

Mantan Dirjen Bea dan Cukai itu menjelaskan pemerintah merancang program prioritas untuk biodiesel dalam rangka menciptakan pasar domestik yang sehat agar penyerapan produksi sawit yang dari tahun ke tahun semakin meningkat.

 

Dia menerangkan, sebelum ada program biodiesel, pasar ekspor lebih mendominasi dalam penyerapan produk sawit lokal. Sementara, kegunaannya sangat penting dalam menunjang industri pangan, oilfood, hingga chemical.

 

“Ini memberikan dampak kita sangat tergantung pada pasar ekspor, di mana harga daripada minyak sawit itu lebih banyak ditentukan oleh pasar-pasar luar negeri,” paparnya.

 

Lebih lanjut, dia menuturkan, volume mandatori biodiesel ini dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun 2023, volume biodiesel dialokasikan kurang lebih 12,9 juta metrik ton.

 

“Pada tahun yang lalu bisa mencapai 9 juta metrik ton. Begitu besar serapan daripada biodiesel itu tadi sehingga memberikan dampak positif terhadap stabilisasi harga sawit di dalam negeri,” pungkasnya.

Bagikan

INFORMASI TERKAIT